ANDA MENEMUKAN BISNIS YANG TEPAT....GO FREEDOM

Minggu, 10 Agustus 2008

SUKSES CARA MANAJER



Sudah Mentok Jabatan Manajer

Namun Leo mengungkapkan posisinya sebagai manajer sudah mentok. Mantan manajer Toko Buku karena atasannya adalah owner. Tidak ada peluang untuk mengembangkan karier." Jadi mau apalagi, ketika ditawari bisnis Tianshi ya saya coba sambil iseng-iseng. Saya tidak mempunyai pengalaman dengan MLM. Istri pernah join MLM, tapi hanya untuk dapat diskon saja." kata Leo

Leo join juga karena ingin mencoba produk Tianshi buat ibu mertua yang menderita diabetes. Jika memakai sepatu, kakinya lecet dan meradang. Luka membesar dan membentuk lubang serta memborok. Tetapi masalahnya ibu mertua Leo tikak mau disuntik insulin karena takut ketergantungan. Sementara, jika tidak segera disembuhkan, kaki yang memborok itu harus diamputasi. "Tetapi beliau nggak mau diamputasi, kalau lahir utuh, meninggal. juga harus lengkap. Lalu, saya berikan produk Tianshi secara rutin, eh ternyata hasilnya bagus. lbu pun sembuh setelah dua bulan terapi dengan produk Tianshi," kata Leo.

Leo join Tianshi pertengahan 2002 tetapi mulai aktif pada awal 2003. Setelah dijalani, Leo terkejut karena bonusnya lumayan. Sampai suatu saat bonus Leo lebih besar dari gaji yang diterimanya setiap bulan. "Saya putuskan untuk serius menjalankan bisnis Tianshi. Posisi waktu itu masih bintang 5," kata Leo.

Kemuidan Leo keluar dari pekerjaanya, setelah aktif sekitar setahun, bonusnnya mencapai Rp. 5 juta sebulan. “Saya benar‑benar tidak menyangka. Saya menyarankan ke downline agar melangkah saja dengan satu kaki saja tanpa harus melepaskan pekerjaan. Jika sudah enak baru melompat," kata Leo.

Bisnis Tianshi telah membuat kehidupan Leo berubah. Ketika masih bekerja, Leo hanya ingin mendapatkan posisi Yang bagus dengan gaji yang cukup untuk hidup. " Dulu saya punya mobil, tetapi saya jual ketika ingin punya rumah. Lalu saya dipinjamkan mobil oleh ayah," kata Leo.

Ketika memutuskan menjalankan bisnis Tianshi, sennua keluarga mendukung asal Leo serius. “Sayang ketika mendapat informasi bahwa saya menjadi penerima reward, bapak sudah dipanggil Tuhan. Padahal saya ingin bapak bangga dengan prestasi tersebut. Ibu juga sudah meninggal," kata Leo.

Ada dua kebanggan Leo pada tahun 2007 ini. Pertama, reward mobil Mercy yang diberikan Tianshi. Kedua istrinya hamil setelah menunggu selama sembilan tahun. “ Tahun ini benar‑benar luar biasa, sampai ada joke dari kakak ipar, anakmu ini milih ndak mau naik mobil kalau nggak Mercy," kata Leo

Impian

Leo mengungkapkan bisnis ini sangat membutuhkan impian dan sikap. Misalnya saja, Leo pernah mengalami sudah jauh‑jauh datang untuk presentasi, Yang hadir hanya lima orang. “ Banyak orang yang berhenti karena tidak memiliki impian dan sikap. Cara mengatasinya, ya harus punya sikap positif apapun masalah yang dihadapi. Kita pasti akan mendapatkan jalan keluar," kata Leo.

Leo ingin memiliki rumah Yang nyaman. “ Istri saya ingin rumah dengan halaman yang luas sekitar 500 2. Rumah yang kami tempati saat ini tidak memiliki halaman," kata Leo. Selain itu, Leo ingin mewujudkan keingian istrinya yang ingin membuat album lagu‑lagu rohani.


SUKSES CARA MUSIKUS

Jangan Pernah Melihat Ke Belakang

Niccolo Paganini, seorang pemain biola yang terkenal di abad 19, memainkan konser untuk para pemujanya yang memenuhi ruangan. Dia bermain biola dengan diiringi orkestra penuh.Tiba-tiba salah satu senar biolanya putus. Keringat dingin mulai membasahi dahinya tapi dia meneruskan memainkan lagunya.

Kejadian yang sangat mengejutkan senar biolanya yang lain pun putus satu persatu hanya meninggalkan satu senar, tetapi dia tetap main. Ketika para penonton melihat dia hanya memiliki satu senar dan tetap bermain, mereka berdiri dan berteriak,"Hebat, hebat."Setelah tepuk tangan riuh memujanya, Paganini menyuruh mereka untuk duduk. Mereka menyadari tidak mungkin dia dapat bermain dengan satu senar.

Paganini memberi hormat pada para penonton dan memberi isyarat pada dirigen orkestra untuk meneruskan bagian akhir dari lagunya itu.Dengan mata berbinar dia berteriak, "Peganini dengan satu senar" Dia menaruh biolanya di dagunya dan memulai memainkan bagian akhir dari lagunya tersebut dengan indahnya. Penonton sangat terkejut dan kagum pada kejadian ini.

Renungan : Hidup kita dipenuhi oleh persoalan, kekuatiran, kekecewaan dan semua hal yang tidak baik. Secara jujur, kita seringkali mencurahkan terlalu banyak waktu mengkonsentrasikan pada senar kita yang putus dan segala sesuatu yang kita tidak dapat ubah.Apakah anda masih memikirkan senar-senar Anda yang putus dalam hidup Anda? Apakah senar terakhir nadanya tidak indah lagi? Jika demikian, janganlah melihat ke belakang, majulah terus, mainkan senar satu-satunya itu. Mainkanlah itu dengan indahnya.

SUKSES CARA LOUIS T

















Maestro Kegagalan


Karena kegagalan adalah sukses yang tertunda, maka teruslah melakukan. Jangan pernah berhenti ketika merasa gagal.

Ingin jadi networker sukses? Ternyata rumusannya sangat mudah, tidak nyelimet seperti dalam bayangan.Tak percaya? Dengar saja, anjuran networker terkaya di Tanah Air ini, Louis Tendean. " Lakukan saja prosesnya terus menerus," tandas Louis, yang dijuluki "si bocah ajaib" ini. Nah, bila dalam prosesnya itu menemui kegagalan, jangan pernah berhenti. Apalagi menjatuhkan "talak tiga". Alasannya, seperti kata orang bijak, kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Itu artinya, bila ingin sukses, sering‑seringlah mengalami kegagalan. Maka, penolakan, pelecehan, tidak usah di­pikirkan. Telan bulat‑bulat. Cari prospek yang benar‑benar antusias.

"Kita boleh berhenti, kalau akhir dari kegagalan itu kematian. Tapi, kalau kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda, kok bingung amat sih dengan kegagalan. Terus saja bertindak," tuturnya, seraya mengingatkan tentang hukum rata‑rata. Artinya, semakin banyak melakukan, semakin besar kans yang diperoleh. "Lho, kalau kita diam saja, apa bisa jadi kaya? Apa bisa prospek bergabung," tuturnya.

Sebuah contoh digulirkan. Suami dari Ferawaty Hartono ini menyebut Thomas Alva Edison yang tidak pernah berhenti mencoba menemukan lampu pijar. Dia mengalami kegagalan 9.999 kali. Makanya, ketika akan melakukan yang ke 10 ribu, seorang wartawan bertanya, "Apakah Tuan ingin gagal ke 10 ribu kalinya?"

Edison menjawab dengan percaya diri. "Saya belum pernah gagal dalam sesuatu hal. Cuma, saya belurn menemukan cara efektif yang bukan sekadar menemukan lampu pijar," jelas Edison seraya menyebut orang gagal, lantaran tidak sadar betapa dekatnya mereka dengan sukses ketika mereka menyerah.

Petuah Louis itu, bukan sekadar teori. Apalagi isapan jempol belaka. Sebab, ayah dua anak ini, pernah terpuruk dalarn kehidupan, menyusul rumah keluarganya terbakar habis. Tak satupun harta yang dapat diamankan, kecuali pakaian yang me­lekat di badan. Sampai‑sampai, seperti penuturan istrinya, celana dalarn pun dipinjamkan tetangga.

Demi mengubah hidup, lelaki kelahiran 6 Oktober 1974 ini, melako­ni usaha apa saja, termasuk berku­bang di network marketing. Tercatat, selama periode 1993‑2000, namanya menjadi networker di beberapa per­usahaan network marketing. Sayang, sernua kandas di tengah jalan. Ada yang bubar, pemiliknya meninggal dunia, bangkrut karena krisis moneter dan sebagainya. Walau sempat trauma, dianggap sebagai bagian dari masa lalu, tapi tidak membutakan hati dan matanya terhadap bisnis ini. Buktinya, meski sempat menolak beberapa kali, bungsu dari lima bersaudara ini mau diajak bergabung oleh Trisulo dengan nomer urut bukan orang pertama.

Bahkan, ketika memulai Tianshi, 2001 lalu, pelecehan dan penolakan pun datang bertubi‑tubi. Maklumlah, perusahaan asal Cina. itu. masih minim dengan kesaksian maupun mereka yang sukses. Brosurnya saja masih foto copi, menggunakan bahasa Cina. "Bayangkan, betapa beratnya medan kita saat mulai membangun bisnis ini," ungkapnya mengenang.

Hasilnya, teman‑teman dekatnya selalu menolak. Bahkan, kerap kah mengejek. " Bisnis apaan ini? Kok bro­surnya foto copi," tambahnya. Tak hanya itu. Pujiannya tentang Tianshi juga disambut "positif' oleh teman­temannya. Kata mereka, "Lho, yang dulu‑dulu juga bagus, luar biasa. Po­koknya, kita bisa sukses. Jadi, sama kan dengan yang ini. Apa bedanya ?" Menyerah? Justru Louis makin menggebu. Apalagi setelah ibu kosnya dapat merasakan khasiat dan manfaat produknya. Jadilah, kapan dan di ma­na pun, Louis bercerita soal Tianshi. Dari mulai produk, marketing plan sampai BMW gratis yang diberikan perusahaan. Belum lagi mengadakan perternuan di hotel, menelepon pros­pek setiap hari. Itu pun hasilnya tidak siginifikan : yang diundang 10, yang datang hanya dua, lalu yang ber­gabung satu orang.

Toh itu semua, tidak menyurut­kan langkahnya. Apalagi sampai menjatuhkan talak tiga pada Tianshi. Menjelang akhir 2001, peluangannya mulai memperlihatkan titik terang. la mendapat

BMW, dilajutkan tahun­tahumn berikutnya memperoleh kapal pesiar, pesawat

terbang, hingga menggenapinya vila mewah. Majalah Warta Bisnis, edisi Oktober 2003 lalu menempatkannya sebagai networker terkaya di Tanah Air.

Julukan itu, sampai sekarang masih bertahan, mengingat pundi­-pundi kekayaannya terus mengalir. Rumah sampai mobil mewah, seperti BMW seri 6 dan Mercedes Benz SILK 2000, berada di garasi rumahnya di kawasan Resort Dago, Bandung, Jawa Barat. Belum lagi haulnya mem­bangun rumah impian senilai Rp. 12 miliar. la juga ingin secepatnya men­jadi orang pertarna Executive Direc­tor 2010 di jagad Tianshi Tanah Air dan Asia Pasific.





SUKSES CARA GURU SD

Guru SD yang Ditawari Jadi Kaya

MY Suharmi memeluk Alexander Bramanto dan AB Wijaya dengan perasaan terharu. Kebahagiaan dan rasa bangga jelas tersirat di wajahnya saat memeluk kedua putranya itu. Ketika itu kakak beradik Bramanto dan WiJaya baru saja mendapat penghargaan mobil Mercy Sport C 230 dari Tianshi. sebuah penghargaan bergengsi di bisnis Tianshi.

SAYANGNYA, sang ayah tidak sempat merasakan kebahagiaan itu. Sang ayah telah berpulang, sebelum anak‑anaknya sukses. AB bergabung dengan Tianshi pada Juli 2003 diajak oleh kakaknya, Bram (Alexander Bramanto). " Tanpa proses presentasi dan follow up. Kami hanya bicara by phone saja. Karena, saat itu Pak Bram di Yogyakarta dan saya di Jakarta. Pak Bram hanya bertanya,” Kamu mau kaya nggak ? " dan, “ saya bilang ya," kata AB.

Menurut AB, dirinya percaya saja, apalagi ibunya juga sudah join. " Pak Bram pasti sudah menyelidiki dulu perusahaan Tianshi, karena pada tahun 1992-­1997 pernah menggeluti MLM. Jadi, sudah pasti dia tak akan sembarangan,' kata AB yakin. Ajakan menjadi orang kaya memang sangat menarik bagi AB. Apalagi, saat itu AB sedang kesulitan ekonomi. AB sedang banyak utang dan bosan mengajar di SD. 'Saya baru menjalankan bisnis Tianshi dua bulan setelah bergabung," kata AB.

Kegigihan Bram membuat AB berpikir bahwa bisnis ini pasti besar. Karena AB tahu persis kondisi ekonomi Bram saat itu yang juga tidak terlalu baik. Ketika di Jakarta, Bram memotivasi AB dengan mengajaknya ke upline yang sudah berhasil agar bisa melihat bukti dan mengenal langsung orang yang telah sukses.

Awalnya, motivasi AB hanya sederhana saja yakni ingin tambahan pendapatan Rp. 500.000 per bulan. Motivasi AB terus berkembang karena melihat upline yang menjadi parameter kesuksesan." Saya membangun bisnis ini karena impian untuk membahagiakan orang‑orang yang saya cintai. Saya juga ingin membuktikan kepada orang yang meremehkan saya. Orang‑orang ini yang terus mengejar saya. Jika berhenti, mereka akan menerkam dan tertawa. Setiap saya down, akan terbayang wajah orang‑orang tersebut yang membuat saya termotivasi lagi," kata AB.

Jadi menurut AB, ketika dirinya ngotot mengejar bintang delapan, hanya ingin membuktikan bahwa hidup bisa berubah total, “Kalau dulu saya tinggal di kontrakan kecil, naik motor. Di bintang delapan, saya sudah bisa punya rumah ini dan punya mobil. Seiring berjalannya waktu, saya buktikan bisa dapat reward dan meraih Bronze Lion,” kata AB.

SUKSES CARA ANAK KULIAHAN


4 Tahun jadi Sarjana atau Jutawan?

Sama‑sama "menginvestasikan" waktu empat tahun, hasil sekolah dan network marketing sangat berbeda. Sekolah hanya mencetak sarjana yang sulit mencari kerja. Sedang empat tahun di network marketing mencetak jutawan. Mana yang dipilih ?

Soal pendidikan murah, malah gratis lagi, selalu menjadi "jualan" yang menarik setiap negeri ini menggelar pesta demokrasi. Entah itu menuju sing­gasana presiden, ataupun penguasa kaliber Daerah Tingkat (Dati) I propinsi, alias gubernur. Semua kontestan, dari mulai partai gurem sampai partai besar, mengumbar janji manis.Tapi, karena lidah memang tak bertulang, janji pun menguap begitu saja. Jangankan pendidikan gratis dan murah, merealisir anggaran pendidikan 20 persen dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), sesuai amanat Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) saat dipimpin oleh Bapak Reformasi, Amien Rais, negeri ini pun masih ngos‑ngosan. Jauh tertinggal dengan negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura dan Thailand.

Padahal, semua anak bangsa sampai saat ini, tetap mengidolakan sekolah sebagai "kendaraan" mewujudkan cita‑cita, seperti insinyur, pilot, pengacara, polisi, tentara, dokter dan seabrek cita‑cita lainnya.Di sisi lain, karena mahalnya biaya pendidikan,jadilah cita‑cita itu hanya dimiliki keturunan birokrat yang korup, ataupun pengusaha yang ngemplang dana Bantuan Likwidasi Bank Indonesia (BLBI), ataupun mereka yang suka kongkalikong dengan penguasa untuk ngentit uang negara. Sementara anak wong cilik ‑ mohon maaf ‑mungkin hanya bisa menjadi penonton.

Cobalah kita hitung mahalnya kocek untuk merealisir cita‑cita itu, katakan saja menjadi sarjana. Umpamanya, masuk kuliah, dikenakan biaya Rp 3 juta (biaya paling biaya ujian, pratikum, membuat skripsi dan sebagainya. murah) untuk gedung, pendaftaran dan sebagainya. Lalu, per semesternya, Rp 2 juta (biaya paling murah). Jika si mahasiswa itu pintar, kuliahnya akan selesai delapan semester, maka biayanya Rp. 2 juta x 8 = Rp. 16 juta. Jadi,total biaya yang dikucurkan Rp 18 juta.

Jumlah itu, belum termasuk uang jajan, transport, biaya ujian, pratikum, membuat skripsi dan sebagainya. Ujung-ujungnya bisa membengkak lagi, mencapai Rp. 30 jutaan. Nah, jika dihitung dari SD, SMP dan SMA, bukan mustahil alokasi yang disiapkan untuk mencapai sarjana, mencapai Rp 50‑an juta.

Ironisnya, setelah 4 tahun bergelut dengan buku (perguruan tinggi), seteah kocek yang dikeluarkan mencapai Rp. 50 juta menjadi sarjana, temyata kepastian masa depan belum juga bisa diperoleh. Bahkan, bukan mustahil gelar bakal bertambah lagi : pengangguran terdidik. Ini, harap maklum, daya serap lapangan pekerjaan formal begitu minim. Belum lagi, mereka yang bekerja pun tetap dilanda "sport jantung", menjadi korban PHK (Pemutusan Hubungan Kerja), rasionalisasi dan sebagainya.

Lantas, bagaimana dengan net­work marketing? Ternyata, bisa dijadikan pilihan. Alasannya, seperti dikatakan oleh Robert T. Kiyosaki, network marketing tak ubahnya sekolah bisnis kehidupan nyata, yang dapat mengcover minusnya entrepre­neurship sekolah‑sekolah formal. Di bisnis ini, orang diajarkan tentang kesuksesan dan kegagalan, dua hal yang tak diajarkan di sekolah‑sekolah formal. Lihat saja "kurikulum" net­work marketing sarat dengan pengembangan en­trepreneurship, yang dalarn batasan guru manaJemen kondang dunia, Peter F. Drucker, merupakan perilaku yang bisa ditiru dan dicontek. Bukan sebagai gejala kepribadian.

Adapun kurikulum itu, antaralain, sikap terhadap kesuksesan, keahlian memimpin, keahlian berkomunikasi, mengatasi ketakutan pri­badi, keraguan, ketidakpercayaan diri, keahlian manajernen uang dan waktu, penentuan tujuan dan sebagainya.

Nah, kurikulum itu, sepertiditulis dalam bukunya berjudul The Rich Dad's Business People, merupakan kunci kesuksesan seorang networker. Bukan ditentukan oleh produk berkualitas maupun market­ing plan yang menggiurkan. Kuri­kulum itu pula, yang mengantarkan networker memiliki perilaku entrepre­neurship, yang bisa ditiru dan dicontek. Atau, dalam jagad bisnis ini, dikenal dengan istilah duplikasi.

Ternyata, karena mencontek dan meniru. itu, maka. empat tahun waktu yang diinvestasikan di network mar­keting, hasilnya jauh menggiurkan ketimbang di kampus. Ini bukanlah sekadar membual tanpa dasar. Tengok saja, Muhammad lwan. Ketika bergabung di Tianshi, lelaki asal Palu, Sulawesi Tengah yang kuliah di Yogyakarta ini, masih tercatat sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan (STTL), November 2002 Inlu

Bahkan ketika bergabung, seperti digembar‑gemborkannya dalarn Vi­sion Seminar, lwan, demikian sapaan akrabnya, punya uang sangat terbatas, Rp 10.000. Padahal, ia ingin melompat langsung ke Bintang 3, yang biayanya sebesar Rp 2 juta. Lalu, apa solusinya? lwan pun terpaksa meminjarn uang dari temannya yang menggadaikan motor untuk membayar uang kuliah. Kebetulan, uang gadaian motor itu Rp. 4 juta. "Saya pinjam Rp. 2,5 juta. Rp 2 juta saya gunakan untuk join di Tianshi. Sedang sisanya, saya gunakan untuk kebutuhan sehari‑hari," ungkapnya.

Ternyata, 4 tahun berjihad di Tianshi, hasilnya tidak sia‑sia. Isi ko­ceknya bukan lagi recehan. Melainkan jutaan, plus memperoleh gratis mobil Mercedez Benz C 230, saat perusahaan asal Cina itu menggelar konvensi di Stadion Gelora Bung Kar­no, September 2006. lwan pun, se­telah lulus, tidak repot‑repot men­jajakan ijasah, terus melenggang menjadi networker. Peringkatnya saat ini Bronze Lion.

Selain Iwan, ada puluhan lagi mereka yang menggeluti profesi networker selagi di kampus, berhasil menyandang atribut sebagai net­worker jutawan. Sebut saja Livia Helen, yang sampai saat ini masih memegang rekor Bronze Lion yang meraih empat penghargaan: vila, pesawat terbang, kapal pesiar dan BMW, dus membangun rumah se­harga Rp. 2 miliar. Padahal, kiprahnya di Tianshi, bila dihitung dari ke­anggotaan, 21 Maret 2001, relatif 6 tahun 6 bulan (sampai September) ini.

Bahkan, mojang Priangan ini, bila dihitung dari BMW, relatif hanya I tahun (menerima di Berlin, 2002). Sedang kapal pesiar dan pesawat terbang, hanya 3 tahun (di Malaysia, Januari 2005). Sedang vila, Mei 2006 lalu di konvensi Cina.

Lalu, pertanyaannya, tinggalkan kampus, tercebur full time di network marketing? Itu pun bukan pilihan bijak. Kenapa? Karena network mar­keting waktunya sangat fleksibel, ka­pan saj a bisnis ini dapat dilakoni. Jadi, di sela‑sela waktu kuliah, bisnis ini bisa dilakoni, tanpa mesti meng­ganggu jadual kuliah. Siapa tahu, Anda bisa mengikuti jejak‑jejak networker kampus lainnya (Lihat, tabel dari kampus jadi jutawan).


DARI KAMPUS JADI JUTAWAN

NO

NAMA

KEANGGO

TAAN/TAHUN

PENGHARGAAN

PERUSAHAAN

1

Ferawty H

Januari 2001

Gold Lion

BMW (2002), Kapal Pesiar, Pesawat Terbang (2005)

Tianshi

2

Livia Helen

Maret 2001

Silver Lion

BMW (2002), Kapal Pesiar, Pesawat Terbang (2005), Villa (2006)

Tianshi

3

EricYong

Desember 2001

Silver Lion

BMW (2002), Kapal Pesiar, Pesawat Terbang (Mei 2006), Villa (September 2006)

Tianshi

4

Eventius Purwoko

Januari 2002

Silver Lion

BMW (2005), Kapal Pesiar, Pesawat Terbang (2006)

Tianshi

5

Irvan Setiawan

2002

Silver Lion

BMW (2005), Kapal Pesiar (2006)

Tianshi

6

Yobeth Patu S

Juni 2001

Bronze Lion

BMW (2005)

Tianshi

7

Lily Ulung S

2001

Bronze Lion

BMW (2002)

Tianshi

8

Andrey L

Desember 2002

Bronze Lion

Mercedes Benz (2006)

Tianshi

9

Ruly W

Akhir 2002

Bronze Lion

Mercedes Benz (2006)

Tianshi

10

M. Iwan

November 2002

Bronze Lion

Mercedes Benz (2006)

Tianshi

11

Nursam

2002

Bintang 8

Mercedes Benz (2006)

Tianshi

12

Abdi S

2002

Bintang 8

Mercedes Benz (2006)

Tianshi

13

Feryanto

2002

Bintang 8

Mercedes Benz (2006)

Tianshi

14

Anwar ST

Awal 2003

Bronze Lion

Mercedes Benz (2006)

Tianshi


SUKSES CARA TUKANG OJEK

Tukang Ojek yang naik Derajat

Wailudi Lamusi adalah salah seorang penerima reward Mercy C230 Sport tahun 2006 di Jakarta. Ia telah membuktikan bisa mengubah taraf hidupnya dari seorang pengojek menjadi seorang leader. Wailudi pernah bergaji Rp. 700.000 – 800.000,- disebuah pabrik, kini pendapatannya mencapai belasan juta rupaih tiap bulannya.

WAILUDIN join di Tianshi pada bulan Maret 2003 saat ia tidak memiliki pekerjaan. Untuk memenuhi nafkah keluarganya, Wailudi harus mengojek setiap hari. la mengenal Tianshi tanpa sengaja. Waktu itu, Wailudi sedang bertandang ke rumah teman, Lukman Hakim yang kini menjadi upline‑nya.

Saat itu, Lukman sedang berbincang‑bincang tentang marketing plan Tianshi denganGembong Pudjianto (peraih reward BMW di Malaysia 2005, RED). Disitulah Wailudi tahu bisnis Tianshi. Tidak sulit bagi Wailudi memahami marketing plan, karena ia pernah menggeluti MLM.

“Bisnis ini memang lumayan. Mensponsori satu orang saja, bisa langsung mendapat Rp. 485.000,- Kalau saya ngojek, dalam satu bulan belum tentu bisa mengumpulkan uang sebanyak itu. Bisa jadi, saya harus ngojek setiap hari, baru mendapatkan uang itu," katanya

Wailudi pun berpikir," Nggak mungkinlah dalam waktu 30 hari saya tidak bisa merekrut satu orang bintang tiga". Keyakinan in muncul dalam hatinya, Apalagi setelah mengikuti Sukses Seminar yang waktu itu menghadirkan Louis Tendean sebagai pembicara. Di seminar tersebut Wailudi bisa melihat orang‑orang sukses dengan berbagai latar belakang. Hanya saja waktu itu, Wailudi nggak punya uang sebagai modal untuk langsung bergabung bintang 3. “ Dari mana saya dapat uang sebanyak itu? Kondisi saya sedang susah ketika itu. Saya sudah pinjam ke sana ke mari, tapi nggak dapat juga," kisahnya.

Wailudi terpaksa menjual sepeda motornya dengan harga sekitar Rp. 6.400.000,- . " Rp. 2 juta buat join bintang 3, lebihnya buat uang operasional. Saya targetkan waktu tiga bulan harus sudah bintang lima. Kalau nggak, artinya uang yang saya sudah tidak ada lagi," kata Wailudi. Ternyata, target tersebut tak bisa dipenuhi, inilah masa‑masa sulit bagi Wailudi dan keluarganya. “Saya harus menggadaikan televisi. Baru pada bulan keempat, saya berhasil menjadi bintang lima,” kata Wailudi.

Wailudi Lamusi, Bekasi

Lahir:Belitung, 20 Februari 1971

Istri : Nuraik

Anak : Wimma Saskia

Pendidikan : SMEA

Wailudi mengawali membangun jaringan dari orang‑orang dilingkungannya. la menawarkan bisnis Tianshi kepada teman­-temannya, terutama mereka yang pernah berkecimpung di MLM. Dari sekian yang ditawari, seperti biasa ada yang tertarik dan banyak juga yang mengejek. Bahkan, begitu ada pesawat di udara, teman‑teman langsung meledek saya: Tuh ... pesawatnya Pak Wailudi ! Ini yang sempat membuat saya sakit hati," tuturnya. Toh bagi dia, ejekan semacam ini justru menjadi pijakan untuk memompa semangat. “Suatu ketika, saya akan buktikan pada mereka. Mereka bersikap seperti itu kan karena tidak tahu. Mereka tidak pernah datang ke OPP, sementara saya lihat dengan mata kepala saya sendiri bahwa semua ini benar. Banyak orang berhasil di bisnis ini,' katanya.

Dalam perjalanan waktu, Wailudi merasa, untuk meraih Bronze Lion (BL) ternyata tidaklah sulit. "Cukup memiliki dua orang saja yang sama visinya dengan kita. Dan di bisnis ini, sernua orang bisa menjadi BL. Setiap orang asalkan mereka tidak berhenti, karena minimal memiliki dua kaki," jelasnya.



Senin, 04 Agustus 2008

BISNIS SPEKTAKULER UNTUK TKW


Tian'shi Hongkong Milik TKW

DEMI SUKSENYA PARA TKW YANG MENJADI NETWORKER, TIANSHI SIAP MEMBERIKKAN PELAYANAN DAN FASILITAS BAGI MEREKA, MENYUSUL JEJAK ASIYA YANG MENGGONDOL MERCEDES BENZ C230 SPORT.

Atribut mereka me mang Tenaga ker­ja Wanita (TKW) Indonesia. Tapi jangan pu­nya asumsi, gawe mereka selalu di dapur, memasak, ataupun mengurus rumah majikan saja. Bukan mus­tahil, dan mereka bakal menyembul networker‑net­worker jutawan. Setidak­nya, menyusul ikon mere­ka, Asiya, yang berhasil menggondol luxury car, saat Tianshi menggelar konvensi di Gelora Bung Karno, September 2006.

Bahkan, gairah itu makin menyulut, setelah mengikuti acara TOT (Transfer Of Trainer). Kenapa? Maklumlah, acara yang digelar oleh Tianshi Hongkong itu, di Seibu Causeway Bay, Hongkong, itu tidak menjadikan me­reka sebagai " abdi dalem ", melainkan sebagai " tuan putri " yang mendapat pe­layanan optimal dari Tian­shi Hongkong.

"Pokoknya, kita akan meningkatkan kerjasama, memberikan pelayanan, sehingga memudahkan networker menjalankan bisnis Tianshi," jelas Ma­nager Tianshi Hongkong, Hsu Hisu Chen, yang mendapat tepukan tangan meriah dari para TKW.

Bentuk pelayanan itu, misalnya, print out ja­ringan, bonus, penyedian produk, fasilitas meng­adakan pertemuan, ter­masuk berbagai pelatihan yang akan digelar Tianshi Hongkong. "Jadi, kita akan usahakan, setiap bulannya ada pertemuan," jelas Nor­ma Shui, begitu panggilan akrab Hsu Hsiu Chen ini.

"Tapi, khusus me­ngenai print out jaringan dan bonus, dikenakan biaya 60 dolar Hongkong per tahun," jelas perempuan kelahiran Taiwan, 3 De­sember 1967 ini. Jadi, bila diambil rata‑rata, per bu­lannya hanya 5 dolar. Ma­kanya, kepada mereka yang peringkatnya Bintang 6, Norma Shui berharap pem­bayarannya langsung per tahun. Alasannya, selain lebih efisien, juga lebih cepat mengetahui per­kembangan jaringan dan bonus yang diterima.

Tak hanya itu. Secara pribadi, Norma Hsui inijuga selalu akan terbuka dan siap menerima komplain bila ada pelayanan yang kurang mernuaskan. "Saya siap ditemui dan membantu," tegasnya. Bahkan, sebagai bentuk kesiapannya membantu para TKW, istri dari Wang Rong le ini akan belajar bahasa Indonesia, sehingga komunikasinya berjalan lancar dan saling memahami. "Jadi, tolong bantu saya," pintanya.

Di Tianshi sehdiri, karena item produknya terbilang banyak ada 50­an jenis, Norma menyarankan setiap pembelian lebih dahulu dengan mengisi formulir. Dengan begitu, ti­dak akan terjadi kesalahan, sekaligus lebih memudahkan penyediaan produknya. "Dengan mengisi formulir, produk yang dipesan jelas," ujarnya, seraya menyebut produk Tianshi di Hongkong khusus yang didatangkan Tianshi untuk Tianshi Indonesia. Maklumlah, geliat bisnis­nya, berasal dari kalangan TKW Indonesia yang ada di Hongkong.

"Karena asaInya Indonesia, maka produknya juga tak berbeda dengan Tianshi Indonesia," jelas Norma. la menepis anggapan harga produk Tianshi di Hongkong jauh lebih murah ketimbang di Indonesia. Yang berbeda, hanyalah soal bea ma­suk. "Karena di Indonesia kena bea masuk, maka harganya sedikit tinggi," jelasnya. Sedangkart di Hong­ kong, sedikit lebih murah, karena tidak ada bea masuk. Contohnya, Norma menyebut harga kalsium. Bila di Hongkong Rp.112 ribu, maka di Indonesia Rp. 143 ribu. "Selisihnya itu karena bea masuk," jelas perempuan berkaca mata minus ini.

Norma yakin, bila kerjasami ini: terjalin baik, bukan mustahil paraTKW di Hongkong pun bakal sukses sebagai networker. Apalagi Asiya, mantan TKW Hongkong yang kini total menjadi networker Tianshi, sudah membuktikan keberhasilannya di Tianshi.

TKW SUKSES DI TIANSHI

TKW Ingin jadi Majikan

Saat ini Asiya tinggal di Malang, Jawa Timur bersama suami dan anaknya. Asiya kembali ke Hongkong ketika sedang membantu jaringannya mengembangkan Tianshi. " Mereka harus segera pulang dan cepat pensiun dari pekerjaan mereka saat ini sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW)," kata Asiya

ASIYA mengungkapkan bahwa dirinya merasa senang dengan reward Mercy yang diterimanya. “Alhamdulillah, luar biasa sekali. Saya tidak bisa mernbayangkan bisa naik Mercy. Nyaman rasanya, mantap dan tidak ada goyangan sama sekali," kata Asiya ketika menikmati Mercy C230 Sport sebagai reward Luxury Car dari Tianshi.


Sebelum menggeluti bisnis Tianshi, Asiya adalah seorang TKW. “ Dulu yang namanya TKW hanya dipandang sebelah mata. Kami selalu dianggap lebih rendah, jika lantai itu kotor, kamu lebih kotor lagi. Bahkan terkadang pakai ditendang segala, Tetapi kami yakin, Allah yang menetapkan derajat manusia,” kata Asiya.

Asiya bergabung dengan Tianshi pada akhir 2003 dan mulai aktif Januari 2004. AwaInya, Asiya mengaku belum mendapat gambaran sama sekali bagaimana cara menjalankan bisnis ini. “ Saya memulai bisnis ini dari Hong Kong, tempat saya menjadi TKW. Tianshi telah memberikan masa depan yang cerah. Dulu saya ini bukan siapa‑siapa," kata Asiya.


Adalah Ice Sofiatullah yang mengenalkan Tianshi kepada Asiya. Menurut Asiya, Ice bersama Ustadz Jujun Junaidi telah berjuang keras dalarn mernotivasi TKW yang ada di Hong Kong. “Mereka mernbuat kami menjadi keras dan termotivasi untuk sukses. Alhamdulillah, kami mendapatkan kekuatan dari mereka berdua, apapun yang terjadi saya lakukan di sana,” kata Asiya.


Pada waktu itu, sebetulnya Ice tidak bermaksud berbisnis. la hanya mengadakan pengajian rutin yang diaclakan oleh majlis taklim. Asiya adalah anggota majlis taklim tersebut. Tujuan Asiya ikut majlis taklim yang berada di bawah Konsulat jenderal RI itu hanya ingin belajar.

Asiya termasuk anggota majlis taklim yang aktif sampai dijuluki sebagai juru kunci mushola. Asiya tidak sungkan‑sungkan membersihkan karnar mandi dan wc. "Alhamdulillah, sekarang ada di sini. jika dulu saya mencabut rumput‑rumput mushola, nanti saya akan mencabut rumput surga," kata Asiya.

Pada pengajian itulah Asiya dikenalkan Tianshi karena ia menanyakan cara menyelesaikan utang. Asiya mengaku bahwa dirinya bersama teman‑teman­ pernah melakukan usaha dan bangkrut. “ Saya hanya dipresentasi selama 10 menit. Lalu saya ngak bisa tidur karena memikirkan Tianshi. Saya pun mengejar Ibu Ice yang semula ragu‑ragu mengenalkan Tianshi kepada, kami,”kata Asiya.

Tetapi, Asiya sudah bertekad mengubah nasib. Ice tidak banyak bicara, ia hanya mengatakan Aisya harus berhasil dan bisa mengangkat derajat teman-teman ­dan deraiat orang tua. “ Alhamdulillah, saya mejadi orang pertama yang mengangkat derajat teman‑teman TKW,” kata Asiya. Setelah rnengenal para TKW sekarang lagi membicarakan apa yang terjadi saat ini atau pun tentang majikan‑majikan mereka. Kini para TKW Iebih banyak berbicara tentang masa depan, terutama yang berkaitan dengan pendidikan anak‑anak. “ Seperti ­orang‑orang bisnis, teman-teman sudah berubah,” kata Asiya.

Asiya sudah enarn tahun menjadi TKW di Hong Kong. Ia bergabung dengan Tiansh setahun sebelum pulang ke Indonesia. Ketika itu belum ada alat bantu dan support system yang mendukung pengembangan bisnis. “Saya itu, saya nggak tahu kalau perkembangan bisnis Tianshi Indonesia sudah begitu pesat,” kata Asiya.

Menjalankan bisnis Tianshi di Hong Kong awaInya memang sulit. Karena, sebagai TKW dilarang menjalankan bisnis. Menurut Asiya, TKW tidak boleh memiliki penghasilan selain sebagai TKW. “ Pernah suatu ketika, produk kami disita polisi. Jika ketahuan kan menjalankan bisnis, bisa dihukum dan dipulangkan,” kata Asiya. Asiya terpaksa mernbuat home meeting di dekat tempat sampah, dipinggir laut atau di kebun. Perternuan dilakukan dua minggu sekali ketika libur kerja. “Pernah suatu saat ada pemblokiran tempat pertemuan dan sempat dikejar polisi. Kami juga sempat mengadakan pertemuan ditengah kebun dan dalam keadaan hujan, jadi menggunakan payung sambil berdiri dan memegang microphone," kata Asiya.

Asiya mengungkapkan bahwa banyak tantangan ketika awal membangun jaringan di Hong Kong. MisaInya saja, tidak ada tempat pertemuan, kehujanan, tidak saling kenal, tidak bisa menitip barang. “ Membangun jaringan di Hong Kong memang Iebih sulit. Kami hanya memiliki keyakinan bahwa Tianshi memberikan harapan. Saya dan suami saling memberi semangat. Sesama TKW juga saling menjadi motivasi untuk bisa sukses," kata Asiya.

Pihak pernerintah Hong Kong khawatir para TKW membuat organisasi dan memberontak. " Padahal kami hanya menjalankan bisnis, Alhamdulillah, sekarang sudah Iebih baik dan Tianshi dikenal dari China," kata Asiya.

Kondisi sekarang sudah berbeda, sudah ada tempat perternuan. " Kantor perwakilan Tianshi di Hong Kong juga sudah bisa menerima kami. Polisi juga tidak lagi mengejar‑ngejar kami. Para member Tianshi di Hong Kong sudah Iebih enak dan Ieluasa dalam mengembangkan bisnis," kata Asiya.

Asiya masih bolak‑balik Indonesia‑Hong Kong, sekitar empat sampai enam bulan sekali untuk membina jaringan yang ada di Hong Kong. Saat ini Asiya mengembangkan jaringan di Indonesia yang dibangun mulai dari keluarga dan saudara‑saudara TKW di Indonesia. " Mereka harus bisa meningkatkan kondisi ekonomi keluarga," kata Asiya.

Ingin Menjadii Majikan yang Baik

Impian saya menjadi TKW adalah ingin membangun rumah. Saya juga ingin punya mobil pick up seharga Rp.15 juta yang bisa digunakan untuk membawa hasil tani dari kebun. Keluarga kami memang berlatar belakang petani. Alhamdulillah hasil kerja di HongKong, saya sudah bisa menyekolahkan keponakan dan bisa memperbaiki rumah orangtua menjadi lebih bagus.

Selain itu ada impian yang muncul ketika menjadi TKW, saya ingin menjadi majikan. Makanya, ketika bekerja saya selalu memperhatikan bagaimana menjadi majikan yang baik Jika waktu itu saya melayani majikan, suatu saat nanti saya juga harus dilayani oleh orang lain.

Ketika menjadi TKW saya selalu ingin bekerja sebaik mungkin dan harus pandai mengambil hati majikan. Tetapi setiap melayani majikan, selalu terlintas bahwa saya ingin seperti bos saya. Jadi saya harus banyak belajar dari bos saya. Majikan perempuan saya lumayan baik dan mengatakan agar saya banyak belaiar dan tidak selamanya seperti ini.

Jadi selama menjadi TKW saya banyak belajar bagaimana jadi majikan termasuk ketika berbicara kepada tamu. Kebetulan majikan lelaki saya seorang dokter tradisional, apa yang dibicarakan saya dengarkan dan perhatikan dengan cara, saya berpura‑pura melakukan sesuatu di dekat mereka.

Walaupun Mercy sudah ditangan, saya belum merasa puas sebelum banyak jaringan saya yang mendapatkan reward Saya telah membuktikan bahwa perubahan derajat tidak hanya terjadi kepada orang‑orang yang berpendidikan tinggi seperti dokter, manajer, dan pengusaha.

Impian ke depan saya ingin lebih eksis lagi. Saya ingin lebih banyak lagi membantu orang­orang, terutama yang masih dianggap lemah. Bagi yang berhasil harus semakin banyak berbagi, karena kebanyakan orang yang telah berhasil seringkali menjadi takabur.